Pencitraan Calon Gubernur DKI Jakarta Sering menipu Warga - Kamis, (20/9) akan menjadi hari penentuan bagi nasib Jakarta dalam lima tahun ke depan. Warga Jakarta pun diminta tidak terjebak dalam politik pencitraan yang dilakukan para kandidat.
"Warga Jakarta harus menunjukkan kecerdasannya dalam memilih calon yang nantinya akan duduk di kursi DKI 1, pelajari program kerjanya. Masalah Jakarta tidak bisa selesai hanya dengan senyum," kata pengamat politik UI Iberahmsjah, di Jakarta, Senin (17/9)
Dia pun tidak menampik jika pencitraan melalui kesan dekat dengan rakyat dan seakan-akan terzalimi telah menjadi fenomena politik yang paling efektif untuk 'membius' warga. Meski idealnya hal itu tidak dilakukan.
"Pemimpin itu harus apa adanya. Terlebih Jakarta sebagai ibukota dengan segala problematikanya sangat membutuhkan pemimpin yang punya visi bukan hanya berdurasi 5 tahun namun lebih dari itu. Sehingga pembangunan dapat dilakukan secara berkesinambungan," ujarnya.
Debat publik yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI bisa menjadi ukuran bagi warga untuk menentukan pilihannya pada saat pemungutan suara nantinya. Masyarakat melihat bagaimana program yang terealisasi atau hanya retorika belaka.
"Cermati segala pemikiran dan programnya. Jangan terbius dengan sosok yang ditampilkan para kandidat," tandasnya.
Hal ini menjadi penting, lanjutnya, karena memimpin Jakarta ini diperlukan sebuah keberanian bahkan kadang harus bertangan besi. Dinamika sosial dan kebijakan yang terbagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, membuat Jakarta memerlukan sosok pemimpin yang kuat.
0 komentar:
Posting Komentar
Please comment seperlunya, dan mohon untuk tidak disalahgunakan. Trima kasih!