Renungan Di hari ibu "terima kasih ibu" - Tidak ada kemaknaan dihari ini melebihi kebersamaan dengan ibu. Beliau orang yang memberikan kepeduliaan sejak dalam kandungan, merawat kita di
tempat suci itu selama 270 hari, lalu ketika terlahir di dunia, tanpa ragu memberikan kita imunitas tak ternilai dengan pendekatan emosional ibu dan anak dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Setelah itu Selama 180 hari ibu memberikan program ASI eksklusif dan berlanjut hingga hari ke-1000 awal kehidupan kita di dunia disertai dengan makanan pendamping asi.Setelah dua tahun penyapihan dengan kasih sayang itu, ibu-ibu kita melanjutkan dengan memberikan semua hal guna pertumbuhan dan perkembangan kita secara keseluruhan. Tanpa ada sangsi, gengsi, ibu akan berupaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan gizi, kenyamanan, dan kesehatan kita. Hari-hari kita kemudian berlanjut dengan mengonsumsi makanan layaknya orang dewasa dari makanan yang di masak ibunda terkasih. Fase kehidupan ini adalah masa transisi awal dimana kita akan mengenal makanan dengan rasa dan tekstur yang baru. Kebutuhan gizi kita meningkat, setidaknya sekitar 1000-1400 kkal perhari harus terpenuhi belum lagi kebutuhan zat gizi mikro yang sangat penting perannya, dan beruntungnya, sentuhan ibu yang peduli dengan kehidupan kita akan bisa memenuhi kebutuhan itu.
Mencapai fase usia sekolah, kita semakin aktif, semakin tumbuh dan berkembang baik secara psikomotorik maupun fisik yang nampak. Peran siapakah? Ya itu adalah peran ibu-ibu kita hingga fase transisi akhir. Apakah berhenti sampai disitu? Jawabannya Tidak. Beliau yang semakin bertambah usia masih tetap memberikan rasa kepedulian kasih sayangnya yang tak terhingga, membuatkan bekal sarapan, memandikan kita dengan harapan kita menjadi bersih,sehat, mengantar lalu menjemput di sekolah, menyuruh kita tidur siang, mengajarkan kita makan makanan bervariasi, mencukupkan istirahat kita pada hari itu, dan banyak kepedulian kasih sayang yang ibu-ibu kita berikan. Hal itu terus berlanjut seiring pertumbuhan kita hingga menjadi remaja.
Kehidupan remaja. Tak hentinya, ibunda terkasih menegur ketika kita tidak makan dengan alasan ingin menjaga body image, selalu diet ketat agar tidak gemuk, dan merasa sedih ketika kita jatuh sakit dengan pola-pola makan yang salah seperti itu. Kasih sayangnya pun berlanjut pada fase kehidupan ini, di rumah makanan yang bergizi, banyak sayur dan buah selalu tersedia. Kita terus diperingatkan bahwa untuk menjaga agar tidak gemuk tidak mesti dengan melakukan pola seperti itu, cukup dengan pola bergizi seimbang dapat menjaga ke-ideal-an tubuh kita (remaja-red). Pola bergizi seimbang itu dengan makan bervariasi, sering melakukan aktivitas olahraga dan menjaga tubuh kita senantiasa aktif bergerak, menjaga pola hidup sehat (tanpa rokok, alkohol,dll), dan sering mengontrol berat badan.
Fase remaja akhir, perhatian ibu kita justru tidak surut, beliau memberlakukan syarat pranikah demi menjaga kesehatan mental psikis dan masa depan kita. Jangan melakukan sex bebas, fisik ideal kita harus terpenuhi yang ditandai dengan berat badan ideal, lingkar lengan atas cukup (>22,9 cm), dan cukup usia, larangan merokok, dan senantiasa berolahraga. Bagi kita cukup berat, tapi….. Ya ini penting dan ibu tahu itu. Beliau memahamkan bahwa (diluar konteks agama) free sex meningkatkan risiko penyakit menular seksual (PMS). Fisik ideal akan menciptakan masa depan kesehatan bagi kita dan keturunan kita, jika kita-sebelum menikah-memiliki fisik yang kurus, kurang gizi, maka anak-anak kita akan lahir dengan kondisi yang rentan dengan gizi kurang pula atau setidaknya pertumbuhan dalam janin akan terhambat. Maukah kita?
Itulah Ibu, kepedulian maksimal sejak dalam kandungan hingga masa kedewasaan kita, bahkan setelah kita menikah dan berkeluarga kepedulian beliau tak surut, anak-anak kita pun diperhatikan selayaknya kita dahulu. Beliau paham betul akan kesehatan kita sekeluarga. Saat ini, ketika kita semua berdiri di masing-masing perahu berlatar belakang berbeda, tapi penyikapan kepada ibu kita sama, yaitu kebaikan untuknya. Disaat dalam kandungan, lahir, hingga meranjak dewasa, kasih sayangnya tak henti. Beliau menjalani hidup untuk melihat kita tumbuh, sedangkan kita membalaskan kebaikannya untuk melihat beliau menjadi tua dan sakit karena itu, berikanlah hal terbaik kepada ibu kita. Catatan kali ini dalam rangka memperingati HARI IBU tanggal 22 desember 2012. Terima kasih ibu, engkaulah wujud kepedulian untuk kita, yang tak henti menghiasi kehidupan kita.
13561287752046101729
My devotion for you, always
0 komentar:
Posting Komentar
Please comment seperlunya, dan mohon untuk tidak disalahgunakan. Trima kasih!